Kamis, 01 September 2011

Lain lagi ceritanya, jika menanam dalam Greenhouse

Terserang Virus, Melon Gagal Panen  ; Kompas
Siwi Nurbiajanti | Nasru Alam Aziz | Rabu, 17 Agustus 2011 | 13:02 WIB


Kompas/Iwan Setiyawan
Petani memanen melon jenis excen di tepi Jalan Raya Demak-Kudus, Jawa Tengah, Rabu (17/8/2011). Produksi melon kali ini terkendala serangan virus sehingga melon yang dihasilkan kecil-kecil. Harga jual melon di pasaran juga jatuh hanya Rp 4.000 per kilogram. Padahal biasanya harga melon di tingkat peetani bisa mencapai Rp 5.000 per kilogram.
DEMAK, KOMPAS,com — Sejumlah petani melon di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengalami gagal panen akibat tanaman mereka terserang penyakit. Produktivitas tanaman turun hingga 50 persen sehingga petani rugi. Kondisi itu diperparah dengan turunnya harga jual melon.
Yasin (62), petani melon di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak, menjelaskan bahwa gagal panen dialami hampir semua petani melon di Demak. Sentra tanaman melon antara lain terdapat di Desa Kadilangu, serta Weding, Ruwit, Serangan, dan Poncoharjo, semuanya di Kecamatan Bonang. Luas tanaman melon pada wilayah-wilayah itu sekitar 30 hektar.
Menurut dia, produksi melon gagal karena tanaman terserang virus melon. Virus mulai menyerang tanaman saat berusia 45 hari, atau 15 hari sebelum masa panen.
Serangan virus mengakibatkan tanaman kering, sehingga buah yang dihasilkan kecil-kecil. Dari lahan satu bau (sekitar 7.800 meter persegi), biasanya dihasilkan 30 ton melon, saat ini hanya sekitar 12 hingga 15 ton per bau. "Sekarang satu biji melon paling beratnya hanya dua kilogram. Padahal kalau bagus sampai tiga hingga empat kilogram," kata Yasin, Rabu (17/8/2011) di Demak.
Kondisi itu diperparah dengan turunya harga melon dari Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 4.000. Penurunan harga melon, menurut Abdul Wahid (45), petani dan pedagang melon di Demak, akibat kondisi pasar yang sedang lesu. Hal itu sebagai dampak lesunya kondisi perekonomian di masyarakat.
Gagal panen yang diperparah dengan turunnya harga melon, mengakibatkan petani merugi. Yasin yang memiliki lahan seluas 4,5 bau telah menghabiskan biaya produksi sekitar Rp 200 juta. Namun, hasil panen yang diperolehnya hanya sekitar Rp 130 juta. (Susi Ivvaty), kediri-agro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar